Rabu, 03 April 2013

Contoh Abstrak

ABSTRAK

 RELEVANSI SK DAN KD SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX SMP N 2 MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUAN PELAJARAN 2009/2010

DWI NURSIYAMSIH A310090265
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui perkembangan dari suatu proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan relevansi standar kompetensi dan kompetensi dasar pada soal ulangan akhir semester gasal mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX SMP N 2 Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Penyediaan data pada penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak catat. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam soal ulangan akhir semester gasal mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX SMP N 2 Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 sudah sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi yang ada.

Kata kunci: relevansi dan soal ujian




ABSTRAK

 RELEVANSI SK DAN KD SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX SMP N 2 MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUAN PELAJARAN 2009/2010

YESI WIDYANINGSIH A310090247

Proses pembelajaran yang baik dapat dilakukan oleh siswa dalam maupun luar kelas dan dengan karakteristik yang dimiliki oleh siswa diharapkan mereka mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-temannya secara baik. Untuk mengetahui perkembangan dari proses pembelajaran tersebut diperlukan evaluasi.  
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan relevansi standar kompetensi dan kompetensi dasar pada soal ulangan akhir semester gasal mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX SMP N 2 Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Penyediaan data pada penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik simak catat. Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam soal ulangan akhir semester gasal mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX SMP N 2 Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 sudah sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi yang ada.

Kata kunci: relevansi dan soal ujian

Selasa, 26 Maret 2013

D'MasBay...


Dinginya malam temani hati ku
Yang selimuti kepedihan akan adanya rindu
Jalan hayal yang melintasi bayang mu
Dan akan seperti itu samapai malam ini berlalu
Keheningan air kerinduan pun mengalir
Seiring fajar yang akan datang
Menghampiri setiap kehampaan, kesunyian, serta kerinduan yang dalam
Dan ketika pejantan pagi mampu membangunkan perjalanan hayalku
Kau harus tau…
Bahwa setiap malam ku
Selalu ku balut kasih dan rindu untuk  mu…

Kamis, 14 Maret 2013

CERPEN Cintaku Jauh Diraga Dekat Di Jiwa (Inspirasi kata-kata dari pasangan kekasih Yunifa Subekti dan Lutfi Budi Handoyo) Waktu terus berlalu, menyadarkan arti hidup yang penuh liku, detik berganti detik, membuat diri semakin berhati-hati dalam melangkah, saat terang maupun gelap, kau selalu menuntun mata hatiku. Perasaanku merasa tenang saat kau berada disisiku. “Ya Allah, tunjukkanlah masa depan cintaku sesuai yang ku mampu”. “Bismillah pasti bisa!” semangat ku menggebu-gebu dalam menjalani masa depanku. Tak pernah ku hiraukan badan ini terasa lelah. Mata ini terasa mengantuk. Hingga mengapa kepalaku terasa pening. Saat aku mengingat orang yang aku sayang, diri ini hanya bisa memikirkanmu Mas Andi. Ya Allah, berikanlah aku petunjukmu agar cinta ini hanya selalu untuk Mas Andi. Tiba-tiba aganku melayang entah kemana, hembusan angin di pagi hari semakin kencang. Angin itu serasa membawa terbang perasaan kangen ini. Melayang menghampiri perasaan yang aku kangenin. Dengan sembunyi-sembunyi menyelinap masuk ke dalam hati. Hatiku tenang ketika bersamamu. Kau selalu ajarkan aku tentang semua hal yang positif. membimbing aku setiap langkahku. Terima kasih Ya Allah, kau telah mengirimkan dia buat menjagaku. I'm very very happy. Lagi-lagi mata ini tak bisa terpejam jika terdapat pada kegelapan, seakan dunia itu sempit dan menghentikan langkahku, tetapi ketika cahaya hati menuntun jalanku, perlahan terdapat celah akan keindahan dunia, karena sebenarnya mata hati lebih peka dari mata kita, gunakanlah sebaik mungkin dalam jalan yang benar dan penuh keridho'an. Sungguh kata-kata yang pernah ku dengar dari mulut Mas Andi membuatku bisa memahami makna hidup. Meski jarak kita jauh namun Mas Andi selalu memberikanku semangat hidup. Tak jarang pula aku selalu dibuatnya kaget dengan kejutan-kejutan kata-katanya. Mungkin bisa dibilang hubungan cintaku dengan Mas Andi, jauh dari kata kebiasaan saling bertemu dan saling memadu kasih bersama. Namun, cinta yang telah ku jalani selama ini merupakan anugrah terindah dalam hidupku. Aku tak lagi bisa mengungkapkan segala isi hatiku saat aku bertemu dan memandang wajah Mas Andi. “Wahai bintang hatiku. Ku inginkan dirimu sebagai cahaya dalam hatiku. Kau selalu hadir dalam setiap detak jantungku. Demi cinta aku bersamamu. Demi sayang aku merindukanmu. Kau ajarkan ku arti kehidupan dunia. Kasih sayang adalah kunci anugerah cinta kita”. Aku yakin cintaku akan bersemi setiap musim. Tak seperti bintang yang hanya bersinar di malam hari, namun cintaku seperti sungai yang mengalir untuk selamanya. Perasaan cintaku lah yang membuat kehidupanku semakin bermakna. Karena cintaku tak seperti bunga yang berhenti mekar saat musimnya, karena cintaku seperti oksigen yang memberikan kehidupan selamanya. Tiba-tiba suara telepon berdering diatas meja. Suaranya menggeret-geret meja yang kokoh dibawahnya. Saat ku lihat ternyata telepon dari Mas Andi. Aku merasa senang sekali bisa mendengar suaranya. Suara yang selalu membuatku terpana, dan tenggelam dalam keindahan. “Assalamualaikum…Mas gmn kabarnya? “Waalaikum salam”. jawabnya dengan lirih. Setelah berjam-jam aku berbincang, bercanda dan memadu kasih lewat telepon. Aku semakin percaya pada diri sendiri bahwa semua hal adalah mungkin, dengan berbekal kepercayaan hubungan cinta akan jadi indah, dengan pengertian rasa cinta akan semakin sayang. Dan dengan agama cinta kita akan menjadi satu dan semakin berarti. Namun aku selalu tanamkan dalam pikiran bahwa semua impian cinta itu tak akan pernah akan kita hianati. “Oh. Tuhan ku cinta dia. Berikanlah aku hidup. Tak kan ku sakiti dia. Hukum aku bila terjadi. Aku tak mudah untuk mencintai. Aku tak mudah tuk mengatakan aku jatuh cinta”. “Jagalah dia selalu untukku, berikanlah semua yang terbaik buat Mas Andi. Jauhkanlah dia dari godaan-godaan wanita lain”. Tiba-tiba sinar senja mengiringi datangnya petang, mengisyaratkan kecerahan menuju kegelapan, saat malam menyapa pelan mengalun cahaya bintang dan terbersik sinar rembulan nan terang, sepasang keindahan yang terselimut kesunyian, namun seberkas pancaran sinarnya memberikan keriangan akan arti kehidupan, terselip cahaya yang menorehkan cinta abadi antara dua insan. Antara aku dan Mas Andi. Meski cinta kita jauh di raga dekat di jiwa, One Heart For You.

Rabu, 13 Maret 2013

Sinopsis Novel Hati yang Damai (karya Nh. Dini)


Identitas novel
Judul               : Hati Yang Damai
Karya              : Nh. Dini
Penerbit           : Gramedia
Tahun              : 1998
Tebal buku      : 89 halaman

Sinopsis
            Dati adalah istri dari seorang penerbang yang bernama Wija. Besuamikan seorang penerbang memiliki pengalaman batin tersendiri bagi Dati karena suaminya selalu berdampingan dengan maut, dan bagaimana ia ingin menyelamatkan suamiya dari tangan maut dengan cinta. Tapi ia sadar tidak mungkin bisa menyelamatkan suaminya, ia hanya bisa berdo’a dan berharap kalau suminya akan kembali dengan selamat. Sebab ia menikah dengan Wija hanya rasa wajib jadi seorang istri. Tapi Dati masih menyimpan cinta yang lain ia berselingkuh dengan mantan pacarnya sewaktu main musik di kota yang bernama Sidik ia juga dekat dangan Nardi tapi Dati memutuskan cinta segitiga ini dengan menikahi Wija sosok lelaki yang ia anggap sebagai suami yang cocok buat dia. Perkenalan Dati dengan Wija diawali ketika ada suatu pameran model pesawat yang diadakan oleh pandu-pandu udara. Bersama rombongan regunya Dati selalu berusaha untuk tidak melewatkan kesempatan-kesempatan seperti itu. Dati tidak pernah mengetahui siapa namanya sampai beberapa minggu kemudian. Setelah sekian lama tak bertemu siang itu Dati baru pulang dari kerja ia belum sempat makan ketika ia mendengar ada seseorang yang memanggil namanya didepan pintu lalu Dati membuka pintu teryata Wija ada di sana yang baru pulang dari Bali.
            Wija mengungkapan apa yang ada dalam hatinya dan ia melamar Dati dan akhirnya mereka menikah setelah dua bulan wija lulus dari pendidikan. Mereka mendiami asrama bersana kawan-kawan yang lain. Diantara mereka ada yang sudah berkeluarga ada juga yang masih bujang.aku semula masih terkejut dan merasa asing dengan kehidupan barunya bertetagga banyak orang. Wija tiba-tiba mencium Dati di depan teman-temannya matanya memandang ku dengan penuh rasa cinta. Selang beberapa tahun mereka mempunyai dua anak Atni dan Anto.  Asti adalah istri dari kakak dati yang biasa dipanggil dengan Mas Jat karena sama-sama sibuknya dan asti seing ditinggal Mas Jat kelur kota akhirnya asti juga memiliki cinta yang lain ia sering jalan dengan pejabat-pejabat tinggi dan salah satunya adalah sidik. Setelah beberapa bulan menikah ayah Wija meninggal. Pada saat pemakaman ada seorang perempuan cantik tiba-tiba muncul mendekati suamiku dengan tersenyum. Aku heran siapa dia? Teryata perempuan itu adalah ibu Wija yang meninggalkannya sewaktu masih kecil demi meneruskan usaha ayahnya di sumatra.  Semenjak itulah kebahagiaan mereka lenyap ibunya pindah ke Sumatra dan hidup di sana tanpa menerima surat cerai dari suaminya. Ayah wija kembali ke Denpasar. Dan wija tumbuh dengan segala cintanya terhadap ayahnya. Dia baru mengetahui semua itu ketika ia menengok ayahnya yang sedang sakit keras, kemudian beberapa hari lagi datang kepadaku. Sebenarnya wija tidak ingin menceritakan semuanya karena ia tidak ingin mengulangi kesedihan dan tidak mau dikasihani.
            Aku kembali ke Jakarta beberapa hari kemudian. Ada hal-hal yang kudegar. Pendaratan pasukan Pemerintah Pusat sudah dilakukan di Padang. Aku bertannya-tanya dimana suamiku sekarang. Beberapa orang mengatakan, bahwa sebagian regu dipindahkan  berpangkalan di Palembang, sebagian lagi masih di Medan. Sesudah sebulan ditinggal Wija, akhirnya aku agak tenang. Keluar berbelanja kekota dengan Sus dan kawan-kawan suamiku dan anak-anakku. Kadang-kadang kebioskop dengan Sidik dan Atni jika ada film anak-anak. Sidik tampak terkejut ketika mendengar tentng kematian Asti. Ketika kecelakaan itu terjadi, ia sedang kongres di Surabya. Aku tak tau apa yang dipikirkannya. Dia hanya berkata,”Jadi,  beginilah akhir kehidupannya. Perempuan yang malang” suaranya perlahan. Seperti diucapkannya di panggung sandiwara, perlahan dan terang untuk mencapai telinga penonton.
            Sore itu aku sudah gelisah menunggunya. Anakku tak sabar lagi berngkat. Aku suah berjanji membawanya ke bioskop bersama sidik. Ketika lonceng penjagaan berdentang tujuh kali, aku sudah berputus asa. Dan aku berbuat berbagai cerita untuk menenangkan Atni. Lalu kami seperti biasa berkumpul di ruang tamu dan mendengarkan radio. Aku menyelesaikan beberapa sulaman baju anakku. Kudengar  ada jib berhenti didepan rumah. Tapi aku tidk berdiri dari kesibukanku. Aku kira salah satu dari kawan-kawan suamiku yang ada di kompleks asrama utara. Biasanya mereka datang beramai-ramai untuk membawa anak-anakkukeliling lapangan, atau kemudian duduk di teras bermain kartu atau gitar. Ternyata yang datang adalah Nardi aku terdiam memandangnya dia berdiri di depanku dengan senyum amat menyenangkan. Tangannya diulurkan kepadaku. Darahku disirap memanasi muka. Tapi aku segera menyambut tangannya. Dia menggenggam tanganku dalam kedua tangannya  sambil masih tersenyum memandangiku. Aku, setelah agak bisa menguasai perasaanku, kemudian membalas senyumnya. Wajahnya adalah wajah yang tenang, yang memberi kepercayaan bagi kedamaian.
            Ia memadang kedua anakku yang duduk diarah radio bersama pengasuhnya. “Kita akhirnya bertemu lagi disini”, dia menyambung. Lalu dia bercerita. Dia kini menjadi dokter di Angkatan Laut. Dia bertemu suamiku dalam rapat perwira. Dia melihat fotoku dan anak-anakku. Lalu berjanji akan datang kerumah. Aku mengikuti ceritannya dengan kediamanku. Kupandangi wajahnya, aku merasa ada kesamaan orang ini dengan suamiku. Kemudian aku menemukannya: ketenangan dan kedewasaan yang menyeluruh wajah keduannya. Pengucapannya sangat mengelakkan ketika pandangannya bertemu dengan mataku. Suamiku menitipkan sebuah surat yang berisikan bahwa beberapa hari lagi ia akan pulang. Dia juga berkata jika banyak regunya yang pindah ketimur, berpangkalan di Ambon. Pada akhir suratnya itu dia berkata bahwa Dokter Nardi itu sangat baik kepadanya.”Dia muda dan semangat,”katanya. “Dia mengatakan bahwa kau kenal dia. Sebab itulah surat ini aku berikan kepadanya. Kalau kau memerlukan apa-apa, minta sajalah kepadanya”.
            Tepat seperti dulu Nardi datang dengan surat atau titipan dari sidik. Nardi yang dulu selalu kaku pandangannya yang seolah-olah akan canggung menghadapi kehidupan masyarakat didepannya, kini ia daang dengan membawa surat dari suamiku. Sikapnya riang dan mengerti seperti Wija. Wajahnya cerah seperti suatu keteduhan pohon yang rindang tempat orang melepas lelah. Kemudian malam itu kami rayakan dengan berkeliling kota bersama anakku Atni. Dan Atni bercerita kalau dia sebetulnya akan pergi kebioskop dengan bibi dan paman Sidik. “Jadi, dia masih disini. Dan kau masih mencintinya” dia berkata tanpa menatapku. Matanya memandang kealam yang suram. Langit diramaikan oleh titik bintang yang banyak jumlahnya.
            Aku menjadi dewasa oleh waktu dan lingkunganku, Dati. Kau tak perlu takut padaku. Aku dulu pernah mengguncangkan kepercayaanmu aku minta maaf, aku tidak malu sekarang meminta maaf. Tapi aku rasa memang lebih baik begitu. Kau kini menjadi istri Wija. Dia orang baik, kau tidak patut mengkhianatinnya. suaranya lembut sungguh-sungguh membujuk. Sore itu aku sendirian dirumah. Kepala agak pusing. Anak-anakku dibawa Sus dan Medi ke kompleks Utara, ketempat kawan-kawan lainnya. Sidik datang membawa karcis film yang mau dilihat malam itu tapi aku menolak untuk pergi. Teryata Sidik mengantarkan istrinya ke dokter makanya dia tak datang.
            Malam itu aku tak bisa tidur suara pesawat yang mendarat dan berangkat dengan tiba-tiba, suara jib dan mobil mondar-mandir. Aku berpikir pasti terjadi sesuatu, tiba-tiba jib berhenti di depan rumah ternyata Harja yang berpakaian lengkap dinas jaga malam. Tangannya yang panjang merangkul bahuku sambil berkata membujuk “Tidurlah. Mereka akan segera selesai.” Apa yang sedang terjadi? Pesawat Kapten Suwandi hiang. Hatiku seperti ditusuk sesuatau. Kami berpandangan dengan kaku. Kepalaku kutundukkan, aku merasa pusing dan menarik nafas panjang. Aku merasa lantai rumahku bergoyang. Dan aku berpegang ke lengan Harja. Aku pergi kedokter seorang diri setelah selesai kulihat dia ersenyum.” Baru dua bulan” rasanya aneh suamiku memang menginginkan memiliki tiga orang anak sekarang terwujud.
            Malam itu aku keluar dan duduk dikursi panjang. Aku memandang kesemua tempat dengan pikiran ang kosong. Tiba-tiba tedengar suara seseorang berkata “kau sudah sembuh” teryata itu sidik. Sayup dan beningnya suara itu menyelinap hatiku. Dan akhirnya aku tenggelam dalam lorong hitam. Aku adalah istri terkutuk yang mengingkari kesetiaan dan kecintaan suamiku. Sudah empat hari aku menggu kabar suamiku mereka masih mencari keberadaan pesawat yang jatuh. Asrama kosong yang ada hanya perempuan,anak-anak dan para penjaga. Ada sebuah mobil datang aku sudah tau itu siapa. Kemudian mendekatiku tapi aku membuang muka dan menghindari bibirnya. Tiba-tiba aku muak ingin muntah, aku jijik melihatnya. Aku benci. Perasaan yang tak pernah timbul kini mencuat dari dalam hatiku. Tapi dia memegang tanganku kuat-kuat, aku harus lepas! Aku mau melepaskan diriku. Kulihat Nardi berdiri didepan pintu, kemudian seorang lagi Wija. Aku terpaku. Aku melihat ia tegap, utuh. Tangannya diikat keleher oleh selembar kain putih, beberapa luka kecil dimukannya.
            Seketika aku ingin lari kepadanya dan memeluknya tapi tanganku masih dipegang olaeh Sidik. Aku memandang Nardi matanya meneriakan kebencian yang tak terhingga kearah Sidik. Disinilah mereka kini ketiga-tiganya, dengan masing-masing kepribadian yang berbeda saling berusaha memiliki aku, istri yang tak setia. “ Aku tau kau masih mencintainya. Tapi aku juga tau bahwa mencintai itu memang mudah. Untuk saling mengerti itu sukar.” Aku berjanji Dati kalau aku akan kembali, kini aku kembali. Kepada siapa lagi aku datang hanya kau dan anak-anakmu yang kumiliki. Kami berpandangan, pertannyannya sangat menyedihkan hatiku. Kututupkan jari-jari tanganku kebibirnya, dan kupeluk dia. Kurapatkan kepalaku kedadanya dengan terisak. Sebuah kekuatan yang sejuk mengaliri perasaanku. Kemudian aku menyadari kedamaian dan ketengan yang dibawanya kepadaku. Aku mencintainya. Dan aku mencium jari-jari tangannya yang luka, yang tidak masuk dalam balutan.